GKI Peterongan

Yang Biasa pun Dapat DipakaiNya

Karya kasih Allah terjadi lewat orang biasa dan melalui hal yang sudah dianggap biasa. Lihatlah peristiwa pemberitaan kelahiran Yesus kepada Maria. Ini menarik, karena malaikat tidak memberitahukan kabar penting itu pada Yusuf, padahal laki-laki di masa itu memiliki status lebih penting ketimbang perempuan. Dari segi tempat, Sang Juruselamat tidak lahir di sebuah kota besar, tetapi dari sebuah kota yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda (Mikha 5:1).
Saat ini pun, karya Tuhan tetap nyata dari hal yang dianggap ‘biasa’.  Kira-kira tiga tahun lalu, suatu malam di kota Yogyakarta yang indah, saya pergi bersama teman ke sebuah mall untuk membeli beberapa keperluan sekaligus “cuci mata”. Kami mengendarai motor. Setibanya di mall, kami memarkir motor di trotoar depan mall, bukan di parkiran dalam. Seorang tukang parkir membantu kami memarkir motor. Ia berpakaian lusuh. Kulitnya hitam legam. Sekilas wajahnya tampak menakutkan. Ketika saya hendak meletakkan helm di motor, dengan sigap ia menawarkan bantuan. “Mari, mbak,” katanya mengulurkan tangan sambil mengambil helm dari tangan saya dan meletakkannya di motor. Sejenak saya terpaku. Tertegun, karena kebanyakan tukang parkir bekerja secara “asal”: asal sudah markirin dan asal sudah dapat duit. Akhirnya saya berakta, “O, ya, terimakasih Pak!” Ketika selesai belanja dan hendak pulang, tukang parkir itu dengan ramah membantu mengeluarkan motor kami dari tempat parkir. Walau hanya tukang parkir, ia melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Hal itu membuat orang-orang yang hendak memarkirkan motornya merasa senang dan nyaman.
Saya disadarkan, bahwa suatu pekerjaan, apapun bentuknya, jika dilakukan dengan sungguh (tidak asal melakukan lalu mendapat uang), bisa menjadi berkat bagi sesama.  Tukang parkir itu mungkin berkata, “Ini pekerjaan biasa. Saya cuma memarkirkan motor.” Tetapi dia mengerti esensi pelayanan. Dia mampu mewujudkan makna pelayanan yang sesungguhnya. Pelayanan yang disadari dan didasari oleh ketulusan dan kesungguhan hati. Pekerjaan yang sering dianggap pekerjaan kecil atau “biasa” dan dilakukan oleh orang “biasa” ternyata bisa menjadi luar biasa. Malam itu Tuhan mengingatkan saya tentang kerendahan hati, kesungguhan dan ketulusan dalam melayani bukan lewat pendeta, majelis, atau aktifis di gereja. Tetapi lewat seorang tukang parkir. ‘Orang biasa.’ Mari lihat sekitar kita, sebab yang biasa pun dapat dipakaiNya untuk menolong kita mendengar suaraNya. -TBV-

Theofilia B. Verdina

Arsip