GKI Peterongan

Yakin dan Taat Akan Janji Pemeliharaan Tuhan

Saat dalam perjalanan menjemput anak di sekolah, diangkot saya menyaksikan suatu pemandangan yang menyentuh hati. Seorang ibu duduk bersebelahan dengan seorang anak laki-lakinya yang berusia sekitar 9 tahunan. Anak laki-laki itu mengenakan kacamata hitam model sekarang. Dengan riang dia terus berceloteh dan bertanya ini-itu kepada ibunya. Ia bertanya, “bu, ini sudah sampai mana toh?” lalu ibunya menjawab: “Bangkong”. Rupaya mata anak laki-laki itu buta total. Dan ketika angkot kami berhenti di lampu merah perempatan jalan, mereka berdua turun. Ibu itu turun lebih dulu lalu mengulurkan tangannya dan dengan setengah menggendong ia membantu anaknya turun. Saya terus memperhatikan mereka berdua berlalu memunggungi saya. Dari belakang, cara berjalan anak laki-laki tidak seperti anak yang buta. Dia menggandeng tangan ibunya sambil melompat-lompat kecil dan tampak ceria sekali. Dia tidak takut salah jalan atau terkena bahaya karena ia yakin disampingnya ada tangan ibu yang bisa diandalkan.
Untuk menjalani hidup dengan penuh keyakinan memang membutuhkan pegangan yang bisa diandalkan. Banyak orang salah mengandalkan pegangan hidupnya pada harta, kedudukan, gelar, bahkan pada seseorang yang dianggapnya kuat. Ketika semua itu lenyap, maka lenyap pulalah pegangan hidupnya. Firman Tuhan Minggu ini mengajak kita bukan berpegang pada yang fana tetapi kepada yang kekal. Belajarlah pada Abraham yang percaya kepada yang kekal. Ketika Tuhan membawanya untuk menyaksikan bintang dilangit dan menjanjikan keturunannya yang sangat banyak, Abraham pun percaya. Tuhan memperhitungkan imannya itu sebagai kebenaran (Kej 15:6). Abraham mengenal Tuhan Sang Pemberi janji itu sehingga ia kembali dikuatkan.
Jika kita mengenal siapa Tuhan yang menjadi pegangan hidup, maka iman kita pun akan dikuatkan. Seorang ibu di dunia saja bisa begitu diandalkan oleh anaknya yang buta, maka tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan Bapa di Surga yang Maha segalanya. (Ejo)

Ester Johanah

Arsip