GKI Peterongan

Roh Kudus Menyapa Bangsa-Bangsa

Peristiwa bom yang meledak di kota surabaya di beberapa gereja dan tempat lainnya, cukup merisaukan masyarakat luas. Sangat nyata bahwa kebhinekaan dan rasa kesatuan ingin di koyakkan dengan arogansi primordial kelompok-kelompok radikal tertentu. Kepelbagaian atau keberagaman yang Tuhan anugerahkan kepada bangsa indonesia sebagai suatu keindahan yang menakjubkan, yang tidak dipunyai negara-negara lain justru tidak dilihat sebagai sebuah kebanggaan melainkan sebagai hambatan dalam pandangan ideologi tertentu yang ingin dibangun.

Peristiwa pentakosta adalah suatu pesta iman. Dirayakan pada hari ke 50 setelah paska, yang awalnya pesta syukur atas panen raya, dan lambat laun dijadikan perayaan iman untuk mengenang peristiwa sinai ketika Allah menyatakan hukum-hukumNya. Pentakosta dalam perjanjian Baru juga disertai tanda-tanda luar biasa (lidah-lidah api dan angin yang memampukan para murid menjadi saksi kekaguman dan kegembiraan iman. Mereka bersaksi dengan dengan berkata-kata yang dapat dimengerti oleh berbagai macam bahasa bangsa-bangsa di dunia yakni Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, orang Kreta dan orang Arab (Ada 15 bangsa dan negri). Isi dari warta gembira ini dirumuskan dengan singkat yakni Karya Agung Allah yang menakjubkan yakni keselamatan bagi seluruh bangsa.

Dari peristiwa pentakosta ini jelas bahwa Allah memakai bahasa-bahasa lokal (bahasa dari berbagai wilayah di seluruh negri) sehingga setiap orang mengerti. Ini menandakan penghargaan Allah dan pemulihan Allah setelah dulu peristiwa Babel dimana Allah mencerai beraikan manusia dengan bahasa akibat kesombongan manusia. Kini dengan bahasa juga Allah menghimpun manusia dari pelbagai bangsa untuk mengenal kasih karuniaNya. Oleh sebab itu periatiwa Pentakosta tidak sekedar moment ungkapan syukur tetapi sekaligus mengingatkan kita akan adanya penghargaan pada kepebagaian yang Tuhan sudah anugerahkan pada kita suku, ras, budaya dan agama. Masing-mamsing dari padanya berhak mendapatkan perhatian dan kasih dari Tuhan. Sudahkah kita berlaku hal yang sama, atau masih adakah pembedaan ? (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip