GKI Peterongan

Menjadi Saksi Bagi “Sang Terang”.

Saudara,  kalau kita menyulut sebatang lilin dimana api itu kita ambilkan dari nyala api lilin yang lain, apakah nyala api lilin yang menyala tersebut akan mempuyai api yang berbeda dengan lilin yang lain ? Tentu saja tidak…. api lilin yang satu mempunyai api yang sama dengan lilin yang lain, tidak ada perbedaan apapun dari api itu. Maka demikian pula sesuatu hal tentang kesaksian itu.  Yohanes pembaptis menyaksikan tentang sang terang itu yakni Mesias dalam  diri Yesus Kristus, maka nyatalah bawa apa yang dikatakan oleh Yohanes merupakan suatu perkataan yang sesuai dinyatakan oleh firman (Yesaya). Yang menarik dari kesaksian Yohanes adalah:

  1. Saat Yohanes bersaksi, ia senantiasa menempatkan Yesus yang disaksikan sebagai pusat dari kesaksiannya. Acapkali dalam kesaksian orang kristen, apa yang diucapkan atau disaksikan pada akhirnya melenceng dari tujuan kesaksian itu sendiri dan tanpa disadari  ia telah menjadikan dirinya sebagai pusat kesaksian, bukan lagi Yesus. Inilah yang disebut mencuri kemuliaan Allah.
  2. Yohanes dalam bersaksi, ia juga merendahkan dirinya: “Membuka tali kasutNyapun aku tidak layak” (27). Sesungguhnya inilah salah satu syarat sebuah kesaksian, dimana kesaksian itu sendiri ingin menunjukkan Allah yang kuasa dan Mulia. Namun pada kenyataannya seringkali orang yang membawa kesaksian begitu menempatkan dirinya sebagi orang yang berkuasa dan mulia, kerena mengalami pengalaman-pengalaman supranatural.

Dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Yohanes pembabtis yang menjadi saksi bagi sang terang, tentunya perkara bersaksi ternyata bukanlah hal yang mudah, mengapa ? Ya……..karena ada godaan-godaan yang akan membuat orang yang bersaksi menjadi pusat perhatian dan sanjungan dari orang lain, hingga ia menjadi lupa bahwa seharusnya Yesuslah yang harus diberitakan. Sudahkah saudara juga telah mengarahkan orang lain pada Yesus dalam kesaksian hidup saudara ? (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip