GKI Peterongan

MEMPERKATAKAN FIRMAN DENGAN BIJAK

Ul 18:15-20, I Kor 8:1-13, Markus 1:21-28

Ketika kita merenungkan tema: “Memperkatakan Firman dengan bijak” tidak dapat kita lepaskan dari apa yang tersirat dalam bacaan kita bagaimana Yesus melayani ketika Yesus di bait Allah.

Pada waktu itu bukan hanya Yesus satu-satunya yg menyampaikan Firman Tuhan, karena pada saat itu ada banyak ahli-ahli Taurat, ada banyak orang-orang Farisi dan imam-imam kepala. Dan mereka semua terlibat dalam pengajaran-pengajaran Rohani.

Orang-orang yang mendengar pengajaran-Nya takjub, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.

Apa artinya Yesus mengajar dengan Kuasa?
Ada banyak orang yg berpikir bahwa ketika Yesus mengajar dengan Kuasa, berarti Yesus menggunakan pola yang aneh-aneh. Yesus tidak mengajar dengan pola yg aneh-aneh. Saya kuatir bahwa banyak di gereja, mengidentifikasikan suatu kuasa dengan ajaran aneh. Kalaulah kebaktian yg berlangsung hanya biasa-biasa saja, berarti tidak ada kuasanya. Tetapi, bila saat berlangsung, ada orang yg menjerit-jerit/teriak dan lompat-lompat, berarti ada kuasa sedang bekerja di tempat itu. Itu sebabnya, banyak orang yg saat-saat ini tidak sedang mencari Allah, tetapi mencari yg aneh-aneh.

Mengajar dengan Kuasa itu memperkatakan Fiman dengan bijak, Mengajar sesuai dengan kehidupan, Artinya, melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita katakan. Pada hari-hari ini banyak orang mengutip Firman Tuhan dalam percakapannya tetapi tidak melakukan sesuatu sesuai dengan yang dia katakan.

 

Yesus berkata,”Kamu seperti kuburan, luarmu terlabur seperti kapur yg putih bersih, tetapi dalammu penuh dengan tulang belulang yg busuk.”

 

Kita bisa memperkatakan Firman Tuhan dengan kata-kata kosong dan indah, tetapi kehilangan Kuasa karena apa yang kita katakan tidak berlaku untuk diri kita. Inilah yg terjadi dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat.

 

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, mengajar dengan Kuasa tidak selalu disertai dengan kuasa dan tanda-tanda heran. Tetapi, mengajar dengan Kuasa berarti kita hidup dengan Firman yg kita ucapkan. (WS)

Pdt. Em. Wibisono Siswanto

Arsip