GKI Peterongan

Melihat Tapi Buta

Kebutaan bagi orang Yahudi dianggap sebagai akibat dari dosa. Binatang- binatang yang buta tidak layak dijadikan sebagai kurban. Dan imam-imam yang buta tidak diperbolehkan pula mempersembahkan kurban. Kemungkinan pemahaman inilah yang menyebabkan para murid bertanya kepada Yesus saat melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Mereka bertanya, ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta?’ Tetapi Yesus sama sekali tidak setuju dengan pemahaman itu. Ia berkata, ‘Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia’.
Di Perjanjian Lama tidak ada penyembuhan orang buta. Rabi-rabi Yahudi berpendapat bahwa jika ada penyembuhan orang buta maka itu adalah karya Allah sendiri. Yesaya mencatat bahwa penyembuhan orang buta adalah tanda zaman Mesias. Artinya bagi Yahudi penyembuhan orang buta adalah tanda yang sangat istimewa.
Karena itu kegemparan terjadi ketika seorang yang buta sejak lahirnya dapat melihat. Mereka memahami bahwa penyembuhan orang buta itu adalah karya Allah, tetapi dalam waktu yang sama pertanyaan besar muncul di benak mereka, karena peristiwa itu terjadi pada hari sabat. Kalau datang dari Allah mengapa Ia melakukan pekerjaan itu pada hari sabat. Sebab hari sabat bagi orang Yahudi adalah hari suci tak boleh melakukan apa pun termasuk menyembuhkan orang sakit. Karena itulah mereka tetap menolak bahwa kesembuhan orang buta itu sebagai karya dari Allah yang dinyatakan melalui Kristus, meski kejadian itu diketahui dan disaksikan oleh banyak orang. Sebagian dari mereka menuding bahwa Yesus tidak datang dari Allah. Yesus tak lebih dari seorang yang berdosa. Tak hanya itu mereka mengusir orang yang disembuhkan itu keluar dari bait Allah.
Atas sikap mereka itu, Yesus menyebut mereka buta walau melihat. Buta dan hidup dalam kegelapan karena menolak Mesias dengan tanda-tanda yang menyertai-Nya, yang telah dinyatakan kepada mereka. Buta karena takut dikucilkan, jika mengakui Kristus sebagai Nabi dan Juruselamat. Buta karena mereka tetap hidup dalam dosanya dan menolak Terang yang datang kepada mereka. Buta karena gagal melihat karya Allah. Kebutaan yang sama bisa saja terjadi kepada siapa pun walaupun ia melihat. -PRB

Pieter Randan Bua

Arsip