GKI Peterongan

Melepaskan Kenyamanan Demi Ketaatan

Masih dalam rangkaian menggumuli hidup Kristiani terkait dengan isu lingkungan hidup, tema minggu ini menyoroti dua kata kunci yang diletakkan “berseberangan” yaitu, kenyamanan dan ketaatan.

Mari bongkar soal ketaatan dulu. Ketaatan seorang Kristen menunjukkan gaya hidup yang tunduk pada firman Tuhan. Apa yang baik, apa yang benar, yang Tuhan perintahkan, yang Tuhan kehendaki haruslah diikuti tanpa ada kompromi sedikitpun. Itu namanya taat. Termasuk soal berelasi dengan lingkungan hidup ciptaan Tuhan. Orang Kristen terkadang lupa. Kita berpikir ketaatan melulu soal hidup kudus dalam menghadapi pergumulan, dalam berelasi dengan sesama, dalam membangun spiritualitas dengan Tuhan. Padahal, ketaatan kita tidak sempurna jika kita mengabaikan lingkungan alam di sekitar kita. Sejak awal, manusia dihadirkan bersama-sama bahkan terhubung dengan ciptaan Allah lainnya. Bahkan gambaran akhir zaman juga digambarkan dengan kehadiran shalom (damai sejahtera) yang holistik, menyeluruh. Tidak hanya dirasakan oleh umat manusia, tetapi langit, bumi, dan segala isinya termasuk hewan juga tumbuhan (bdk. Yesaya 11:6-9).

Selanjutnya, kenyamanan. Apakah bertentangan dengan ketaatan? Sebenarnya tidak. Buah dari ketaatan kalau mau direnungkan akhirnya bicara soal hidup nyaman dalam rengkuhan Tuhan. Akan tetapi, selama di dunia, kenyamanan kita cenderung egois dan “berdosa.” Egois dan berdosa dalam arti, kenyamanan kita membuat pihak lain dirugikan. Lihat bagaimana kenyamanan kita lebih mengarah pada perilaku kontra-produktif. Lalu, kenyamanan kita membuat orang lain tidak nyaman. Kenyamanan kita membuat lingkungan hidup menjadi rusak. Kenyamanan kita berujung pada kematian makhluk hidup lainnya bahkan kepunahan. Kenyamanan-kenyamanan seperti ini, mau tidak mau harus diletakkan berseberangan dengan ketaatan akan firman Tuhan. Ketika Tuhan ingin kita melestarikan alam, kita malah lebih senang memakai kantong plastik yang tersedia dan enggan melepaskan kenyamanan kita untuk membiasakan diri memakai kantong kain yang bisa dipakai berulang-ulang. Ketika Tuhan mau kita bertanggung jawab atas lingkungan, kita malah senang hidup boros. Boros air, boros listrik, boros bahan bakar. Hanya karena supaya kita nyaman dan tidak usah bersusah payah mengatur pemakaian air, listrik, bahan bakar dengan lebih efisien. Jadi, renungkanlah. Tinggalkan kenyamanan kita dan mulailah lakukan sesuatu untuk melestarikan lingkungan alam di sekitar kita.

 

“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa…

(Galatia 5:13a)

Pnt. Christnadi Putra Hendarta

-

Arsip