GKI Peterongan

Loyal Kepada Siapa?

Kepemimpinan Kristen (2)
Yosua 24:1-3; 14-25

Hari Minggu ini, Pdt. Rick Warren berkotbah di 8 kota di Amerika, juga di Jerman, Argentina, Hong Kong, dan Filipina. Bagaimana mungkin? Gerejanya, Saddleback Church, berdiri di kota-kota itu. Tiap Kebaktian Minggu, kotbah Warren disiarkan lewat satelit. Alhasil, ia bisa memimpin ibadah di 12 gereja seluruh dunia; menyapa puluhan ribu orang lewat layar video. Warren populer sejak bukunya, The Purpose Driven Life, menjadi best seller dunia. Walau cara ini efektif dan inovatif, orang bertanya: Apa motif mereka beribadah: mau berjumpa Kristus atau Rick Warren? Mereka loyal kepada siapa?
Sebagai pemimpin, Yosua sukses menggantikan Musa. Umat sangat loyal kepadanya. Pimpinannya dituruti. Umat menjadi takut akan Tuhan, sehingga tanah perjanjian itu diberkati. Kini Yosua sudah uzur. Sebentar lagi berpulang (23:1,14). Ia bergumul: “Masihkah umat setia pada Tuhan setelah kepergianku?” Ia tidak ingin loyalitas umat terarah pada dirinya. Maka ia sampaikan pidato terakhir, yang isinya meminta umat tetap loyal kepada Allah. Ia harus undur, namun komitmen umat pada Tuhan tak boleh luntur. Tak sekedar mengajar, Yosua pun sesumbar: “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (24:15). “Keluargaku loyal pada Tuhan. Bagaimana denganmu?”
Loyalitas pada manusia bisa mengecewakan. Tahun lalu, banyak pengikut Pdt. Rick Warren kecewa setelah anaknya, 27 tahun, meninggal bunuh diri. Ia menembak diri di rumah ayahnya. Padahal sang ayah terkenal dimana-mana mengajarkan bagaimana memiliki “hidup bermakna” (purpose driven). Kekecewaan ini tak akan terjadi, jika pengikutnya loyal pada Tuhan semata. Maka di ruang hati kita, sediakan satu “tempat parkir khusus” (reserved) untuk Tuhan. Jangan biarkan siapapun parkir di sana! (JTI)

Pdt. Juswantori Ichwan

Arsip