GKI Peterongan

Lebih Dari Sekedar Persembahan

Ul. 6 : 1- 9, Ibr. 9 : 11-14, Mrk. 12:28-34
Waktu kanak-kanak, saya dibiasakan untuk membawa uang persembahan ketika pergi ke sekolah Minggu. Setiap Minggu pagi selalu ada uang tersusun dengan rapi – terbagi menjadi 3 – untuk saya dan kedua adik saya. Uangnya selalu dalam kondisi mulus, licin, dan rapi. Dengan bangga kami membawa dan mempersembahkannya ketika kebaktian.
Beranjak dewasa, saya semakin memahami arti dari sebuah ritual persembahan. Bahwasanya itu adalah sebuah ungkapan syukur atas berkat yang telah dilimpahkan Tuhan dalam hidup kita. Bahwasanya itu bukan untuk ‘membeli’ atau ‘memancing’ berkat-berkat di minggu depannya. Bahwasanya apa yang mampu dan dengan sukacita kita persembahkan tidak akan pernah seimbang dengan limpahan berkat dan anugerah yang sudah terlebih dahulu Tuhan berikan. Bahwasanya memberi persembahan semata, betapapun besarnya, tidak selalu menandakan bahwa kita hidup dekat dan mengasihi Tuhan.
Bacaan kita minggu ini mengajarkan satu hal yang penting dalam kehidupan sebagai orang percaya yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan (Ul. 6:1-9, Mrk. 12:28-34). Mengasihi Tuhan berarti taat pada perintah-Nya. Umat Israel pada masa perjanjian lama dan perjanjian baru terbukti sering kali gagal dalam menjalaninya. Mereka sering terjebak pada sebuah ketaatan ritual yang miskin kasih dan perbuatan yang tulus. Keutamaan karya Kristus sebagai Imam Besar membawa pengampunan dan pendamaian bagi kegagalan mereka. Bahkan karya Kristus itu juga memungkinkan kita orang percaya untuk hidup mengasihi Allah dan sesama (Ibr. 9:11-14). Dengan kata lain manusia tidak akan dapat mengasihi Allah dan sesama jika tidak mengalami karya Kristus sebagai Imam Besar itu.
Tindakan mengasihi Allah terwujud dalam mengasihi sesama manusia. Kita berjuang untuk taat mengasihi Allah yang tidak kelihatan lewat mengasihi sesama kita yang kelihatan. Lebih dari sekedar korban persembahan, jauh lebih utama menaati hukum Tuhan – mengasihi-Nya dengan dengan segenap hati,  jiwa, akal budi, dan kekuatan – mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. (DAA)

David Alexander Aden

Arsip