GKI Peterongan

Integritas vs Kemunafikan

Pilih berintegritas atau menjadi manusia yang munafik. Kita buat sederhana: maukah kita hidup sesuai dengan apa yang menjadi identitas kita, bahkan yang terus menerus kita katakan, bahwa kita adalah umat Allah dan berpegang pada perintah Allah.

Mereka yang tidak munafik itu menjunjung tinggi yang namanya setia. Seperti yang Ulangan 4:2, 6a katakan, “Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. Lakukanlah itu dengan setia…” Ternyata, setia juga punya arti tidak mengurangi dan tidak melebih-lebihkan. Lakukan saja apa yang ada, yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup umat-Nya.

Sebaliknya, mereka yang munafik itu pertama-tama menipu dirinya sendiri sebelum menipu orang lain. Mereka sangka mereka seperti pandangannya, seperti kata-katanya, seperti perkiraannya. Padahal, jauh dari itu. Ah, tepat kalau begitu apa yang Yakobus sampaikan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22) Bahkan ditambahkan, bahwa orang yang munafik “…seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.” (Yakobus 1:23b-25). Ya, lupa. Seperti yang dibiasakan orang. Lupa diri. Lupa apa yang harus diperbaiki dalam diri. Lupa apa yang harus dilakukan. Lupa apa yang pernah dilakukan. Akhirnya? Lupa Tuhan! Sampai akhirnya Yesus perlu berkata begitu keras, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Markus 7:6)

Akhirnya, mengutip kata-kata dari Bp. R. Swardiono, seorang karyawan GKI Peterongan, dalam suatu obrolan ringan ia pernah mengatakan tentang bagaimana supaya tidak munafik: “Ya, lakukan saja! Kasih, murah hati, kebaikan, … semua itu tinggal dilakukan!

Jangan dibuat rumit.
Lakukan semua yang baik, yang benar, yang Tuhan inginkan, sekarang juga!
Ya, sekarang, mau kapan lagi? (XND)

Pnt. Christnadi Putra Hendarta

-

Arsip