GKI Peterongan

Hidup Yang Percaya

Apakah Anda percaya bahwa suami/istri/orangtuamu mengasihimu? Apakah Anda percaya bahwa karyawanmu bekerja dengan jujur? Apakah Anda percaya tetangga di sekitar tempat tinggalmu memiliki niat baik terhadapmu? Apakah Anda percaya bahwa makanan tertentu sangat lezat dan nikmat? Apakah Anda percaya bahwa sebuah film tertentu sangat bagus dan menarik? Apapun jawaban Anda, kemungkinan besar jawaban itu berdasarkan apa yang telah Anda lihat, dengar, atau rasakan. Kita percaya karena kita sudah melihat/mendengar/merasakan kebaikan dari hal-hal tersebut. Kita tidak percaya karena kita telah menyaksikan atau merasakan keburukan dari hal-hal itu.

Kebiasaan menggunakan panca indera membuat kita sulit untuk percaya sebelum membuktikannya. Bersikap waspada tentu tidak salah, apalagi di zaman yang marak dengan penipuan ini. Namun sikap tersebut tidak bisa kita kenakan terhadap Tuhan Allah, sebab natur dan hakikat Allah berbeda dengan manusia. Manusia telah jatuh dalam dosa sehingga segala ide dan perasaannya telah dikotori oleh kejahatan. Sedangkan Allah Mahakudus, tidak pernah dikotori oleh dosa. Ia layak dipercayai tanpa mengharuskan adanya pembuktian terlebih dahulu.

Betapapun demikian, Allah tetap memberi kesempatan bagi manusia untuk membuktikan keberadaan dan kuasa-Nya. Allah mengerti akan keterbatasan manusia dalam mempercayai diri-Nya. Oleh karena itulah Ia datang ke dalam dunia, mewujud sebagai manusia supaya dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Bahkan setelah kematian dan kebangkitan-Nya pun, Ia masih berkenan menemui para murid dan menunjukkan bekas-bekas luka-Nya agar mereka percaya bahwa Dia sungguh telah bangkit (Yohanes 20-21).  Allah menghargai kebutuhan manusia akan pembuktian, namun Ia juga mengajak kita untuk segera percaya (Yoh 20:27). Jangan hidup sebagai orang yang lamban dalam mempercayai-Nya (Luk 24:25), apalagi jika sampai mengeraskan hati tidak mau mempercayai-Nya karena sikap itu akan sangat menyakiti hati-Nya setelah segala sesuatu yang telah Ia perbuat bagi kita. Dan kepada orang-orang yang bersedia percaya kepada-Nya tanpa harus meminta bukti terlebih dulu, Allah mengaruniakan kebahagiaan kepada kita (Yoh 20:29). Percaya tanpa melihat akan memantapkan langkah kita untuk selalu bersandar kepada-Nya dan yakin bahwa Allah akan selalu mengaruniakan segala kebaikan bagi kita (Roma 8:28). Selamat menghidupi iman percaya kepada Kristus dan selamat menikmati kebahagiaan atasnya.  (RKG)

Pdt. Ibu Rinta Kurniawati Gunawan

Arsip