GKI Peterongan

Hidup Suci dengan Mengasihi

Im. 19:1-2, 9-18; Mzm. 119:33-40; 1 Kor. 3:10-11, 16-23; Mat. 5:38-48

Sebagai orang Kristen kita diharapkan untuk hidup kudus. Tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari kita sering tidak menjalani kehidupan yang kudus.  Kita masih hidup menurut keinginan daging dan mengumbar hawa nafsu. Kemana-mana kita memakai label ‘Kristen’ sementara perilaku kita tidak mencerminkan Kristus. Seorang Kristen sudah seharusnya memiliki kehidupan yang senantiasa memancarkan karakter Kristus sehingga orang lain melihat Kristus ada di dalam kita.
Ketiga bacaan ini berbicara tentang relasi yang benar antara umat percaya dengan sesamanya sebagai wujud hidup dalam kekudusan.
Im. 19:1-2, 9-18. Dalam perikop ini Tuhan menginginkan supaya bangsa Israel hidup kudus sebagaimana Tuhan adalah kudus. Hidup kudus itu diwujudkan dalam relasi dengan sesama  di mana bangsa Israel dilarang memperlakukan sesamanya dengan tidak adil (Im. 19:9-18).
1 Kor. 3:10-11, 16-2. Paulus sebagai pribadi yang meletakkan dasar kekristenan di Korintus menasihati jemaat di Korintus untuk menjaga kekudusan dengan hidup tidak bermegah dengan hikmat yang mereka miliki. Karena hal ini dapat mengakibatkan perpecahan dalam kehidupan jemaat Korintus.
Mat. 5:38-48. Dalam perikop ini Yesus mengajarkan bahwa standar kehidupan orang percaya harus lebih baik daripada orang yang tidak percaya. Yesus memberikan contoh konkret dalam hal mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Hal ini adalah ciri sebagai anak-anak Allah yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Sebuah komunitas sekuler, penggemar Vespa punya solidaritas yang luar biasa, persaudaraan mereka begitu kuat dan mereka punya slogan : punya 1 vespa punya sejuta saudara. Bagaimana dengan komunitas religius, komunitas umat Tuhan? Adakah kita juga punya kerinduan untuk menghadirkan kasih persaudaraan? Ataukah kita cenderung mengibarkan ego kita sehingga kita tidak menghadirkan kasih dan damai bagi sesama kita. Mengasihi sebagai wujud kesucian, itu berarti bila tidak hidup dalam kasih kita hidup dalam ketidaksucian. (WS)

Pdt. Em. Wibisono Siswanto

Arsip