GKI Peterongan

Bukan Sekedar Pendengar Firman

James Finley masuk ke biara terapis di Kentucky karena mau belajar meditasi dari Thomas Merton. Tadinya ia mengira, pakar meditasi itu akan segera mengajarinya teknik meditasi. Ternyata ia tidak diarahkan sama sekali. Ia kecewa, lalu bertanya mengapa. Merton menjelaskan: meditasi sejati munculnya dari relasi. Saat orang rindu mendekati Tuhan, punya relasi intim, ia akan menemukan sendiri cara meditasi yang paling tepat. “Kalau kami mengajarimu teknik bermeditasi, jangan-jangan kamu merasa sudah menguasai ritualnya (adat-istiadat atau religi-nya), padahal belum mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang sesungguhnya!”
Dalam kekristenan ada tata ibadah, adat-istiadat, ritual, dan aturan keagamaan. Semuanya penting untuk menuntun kita hidup benar. Namun itu cuma sarana. Bukan tujuan!  Sempurna menjalankan liturgi tidak otomatis menjamin hidup beriman kita beres. Menuruti adat-istiadat Kristiani tidak serta-merta menjadikan kita rohani. Rajin mendengar bahkan menghafal firman tidak berarti kita sudah hidup dalam terang firman. Ibarat membaca buku “teknik berenang” tidak otomatis membuat orang bisa berenang. Inilah kritik Yesus terhadap para ahli taurat dan orang Farisi. Mereka merasa diri sudah lebih rohani karena menguasai isi Kitab Suci dan lebih disiplin menaati tradisi  (Mrk. 7:1-23). Mereka memandang rendah para murid hanya karena mengabaikan ritual cuci tangan. Yesus berkata, mereka “memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” Mewah dalam religi, namun payah dalam relasi. Lalu Yesus mengungkap inti hidup beriman: menjaga hati tetap murni (Mat. 7:20-23). Dari hati  tulus murni, mengalirlah sikap hidup benar. Inilah orang yang “boleh menumpang dalam kemah Tuhan” (Mzm. 15).
Bagi anda, apakah kekristenan sekedar tradisi religi atau soal relasi? Apakah anda “pendengar sejati” yang hanya rajin mendengar firman, atau termasuk “penyembah sejati”: orang yang beribadah sepenuh hati, lewat kata juga perbuatan? Andaikan Tuhan mengadakan open house hari ini, kira-kira apakah anda akan diijinkan “menumpang dalam kemahNya”?  (JTI)

Pdt. Juswantori Ichwan

Arsip