GKI Peterongan

Bersama Allah dalam Pencobaan

Yesus baru saja diproklamirkan sebagai Anak Allah di depan banyak orang. Tak tanggung-tanggung dikonfirmasi dari sorga, oleh Bapa-Nya sendiri, ‘Inilah Anak-Ku yang kukasihi kepada-Nya Aku berkenan’. Semua yang menyaksikannya tentu terkesima. Anak Allah tentulah harus diagungkan dan diberi tempat terbaik. Namun sesaat setelah peristiwa itu Yesus tidak pergi memberitakan kemuliaan-Nya melainkan menyingkir ke tempat yang sunyi dan mengerikan. Padang gurun. Tempat berbahaya. Tempat yang identik dengan rumah iblis dan tempat pembinasaan. Tak mengherankan jika di sana Yesus bertemu dan dicobai oleh iblis. Tak dapat dinalar bahwa Anak Allah dicobai. Ia dicobai dengan tiga macam cobaan yang lazimnya diperhadapkan kepada manusia. Cobaan itu antara lain; kebutuhan makan, kehormatan atau kekuasaan serta kesombongan untuk menunjukkan kemampuan. Namun Yesus tak tergoda sedikit pun, Ia menolaknya dengan mengutip kebenaran Firman Allah.
Peristiwa yang dialami Kristus mengajarkan kepada kita bahwa persekutuan dengan Allah mengundang kemarahan iblis untuk menghancurkan kita. Hak-hak istimewa dan tanda-tanda khusus yang menunjukkan kemurahan Allah pada diri kita tidak akan menjamin bahwa kita tak akan dicobai. Justru sebaliknya saat kita memperoleh penghargaan tertinggi sebagai anak-anak Allah kita harus siap direndahkan, dicobai dan mungkin dipermalukan.
Tapi Tuhan tak akan membiarkan kita. Ia akan mempersiapkan kita  sebelum mengizinkan dicobai. Allah memberikan kekuatan sesuai dengan keperluan kita. Sebelum terjadi pencobaan berat Ia akan memberikan penghiburan lebih dari biasanya. Kedudukan kita sebagai anak-Nya adalah jaminan terbaik bagi kita dalam menghadapi pencobaan. Status sebagai anak Tuhan adalah keabsahan yang menunjukkan bahwa Tuhan akan memperlengkapi kita menghadapi semua serangan roh jahat yang ditujukan kepada kita. Karena itu bersiaplah dan janganlah takut menghadapi pencobaan karena Ia berjanji akan menyertai kita. -PRB

Anak Tuhan bukan cuma siap sedia untuk hidup nyaman
tetapi juga harus siap sedia untuk menghadapi pencobaan

Pieter Randan Bua

Arsip