GKI Peterongan

Belarasa dengan Ucapan Syukur

Ketika Yohanes Pembabtis baru saja dieksekusi oleh Herodes maka sasaran selanjutnya adalah Yesus. Karena itulah, saat Yesus mendengar tentang kematian Yohanes menyingkirlah Ia. Ia bermaksud mengasingkan diri ke tempat yang sunyi. Tetapi hal itu diketahui oleh banyak orang. Orang-orang yang pasti sebagian besar juga mengetahui peristiwa pembunuhan Yohanes. Mereka mungkin saja mencoba untuk mencari perlindungan. Yesus adalah tokoh yang dalam benak mereka paling tepat bisa menolong karena mujizat-mujizat yang dibuat-Nya. Saat Yesus menyingkir dengan perahu, mereka mengikuti melalui jalan darat. Saat Yesus melihat mereka hati-Nya dipenuhi belas kasihan. Tetapi mengusik para murid. Orang-orang itu sudah kelaparan, tempatnya sunyi dan tak ada makanan. Cara yang tepat bagi murid adalah menyuruh mereka pulang. Mereka bisa membeli makanan sendiri di kota. Itu solusi yang tepat. Tetapi solusi Yesus sebaliknya, murid-murid-Nya yang memberi mereka makan. Lalu mereka protes, bagaimana mungkin lima roti dan dua ikan cukup untuk orang sebanyak itu.
Adalah manusiawi saat kita ada dalam tekanan, kekurangan dan kebingungan menolak untuk menolong orang lain. Kita dengan mudah bisa berkata, ‘saya tidak bisa menolong anda karena saya lagi punya masalah, tidak punya apa-apa dan sedang kebingungan. Silahkan selesaikan sendiri masalah anda atau cari orang lain yang bisa menolong’. Mungkin orang lain juga bisa mengerti keadaan kita. Tapi bagi Yesus itu bukanlah solusi yang tepat. Dia ingin kita tetap menolong walaupun besar alasan dan kemungkinan bagi kita tidak bisa memberi pertolongan. Ungkapan ‘Kamulah yang harus memberi mereka makan’ adalah isyarat keharusan. Yesus menginginkan kita tetap menolong walaupun keadaan sulit dan tak memungkinkan.
Hal ini penting karena memberi dari kekurangan itu adalah refleksi iman dan kebergantungan kepada Allah. Mereka yang memberi dengan sungut-sungut karena kuatir kebutuhannya tak tercukupi adalah bukti ketidakbergantungan kepada Allah. Adalah mudah berbelarasa pada saat memiliki kelebihan tetapi tahukah kita bahwa mereka yang tak mengenal Tuhan pun bisa melakukan hal yang sama. Tetapi berbelarasa dari kekurangan apalagi disertai dengan ucapan syukur, itulah refleksi iman yang sejati. Selamat berbelarasa. – PRB

Pieter Randan Bua

Arsip