GKI Peterongan

Teguh Bertumbuh Di Tengah Hidup Yang Gaduh

2 Korintus 6:1-13, Markus 45:35-41
Dosen yang mengajar saya direksi paduan suara mengatakan, bahwa komposisi musik yang baik adalah  komposisi yang  relevan dengan kehidupan. Di dalam sebuah komposisi musik yang baik selalu ada dinamika. Ada ritme yang mengalun lembut, ada pula yang mengentak. Ada bagian yang ditampilkan dengan nyaring, ada yang lembut. Ada bagian dimana dapat dirasakan ketegangan, ada bagian yang membawa kelegaan. Ya, ketegangan adalah bagian dari keindahan musik secara keseluruhan. Tanpa ketegangan, maka resolusi atau kelegaan menjadi tidak bermakna. Tanpa ketegangan, maka kelegaan akan menjadi hampa maknanya.
Demikian pula dengan kehidupan iman kita. Hidup dengan beriman bukan berarti hidup kita otomatis akan mudah, tanpa hambatan, dan kegaduhan. Apabila kehidupan semacam itu yang kita harapkan dari kehidupan beriman pada Kristus, maka hampir bisa dipastikan bahwa kita akan kecewa! Rasul Paulus menghadapi berbagai kegaduhan hidup selama melayani Tuhan (2 Kor 6:4-10). Rasul Paulus dengan teguh dan sabar menghadapi semua tantangan hidupnya, walaupun dipenjara, disesah, difitnah, disalahpahami, diumpat, bahkan fisiknya sendiri mengalami sakit yang tidak bisa pulih sepenuhnya. Tetapi semua tantangan dan kegaduhan ini tidak membuat Rasul Paulus menjadi tawar hati. Janji kekal keselamatan dari Tuhan yang memberi keteguhan kepadanya untuk terus beriman (ay.2). Dan keteguhan itu adalah bukti bahwa ia tidak menyia-nyiakan kasih karunia yang telah diterimanya dari Tuhan (ay.1). Keberadaan Yesus di dalam perahu para murid pun mengajarkan hal yang sama pada kita (Mrk 45:35-41). Keberadaan Yesus tidak meniadakan kemungkinan bahwa perahu tidak akan digoyang oleh badai. Kondisi geografis Danau Galilea yang dikelilingi oleh bukit, gunung, dan dataran tinggi menyebabkan angin bisa terperangkap di tengahnya dan menyebabkan badai. Para murid, walaupun telah menyadari fakta ini, tetap dilanda ketakutan ketika badai terjadi. Mereka seakan lupa bahwa Yesus yang sedang bersama dengan mereka adalah Tuhan. Setelah Yesus menghardik badai untuk tenang, Ia menegur mereka karena takut dan tidak percaya. Inilah yang harus kita imani, bahwa ketakutan menghadapi tantangan kegaduhan hidup jangan sampai menggoyahkan iman kita, tetapi justru menguji, menumbuhkan, dan memperkuatnya. (DAA)

David Alexander Aden

Arsip