GKI Peterongan

Rivalitas vs Solidaritas

Berita mengenai persaingan antar kedua Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) belakangan ini menjadi topik paling menarik untuk didiskusikan di seluruh antero Nusantara. Kedua pasangan Capres-Cawapres sama-sama anak bangsa yang rindu menjadi pemimpin yang membawa Indonesia menjadi lebih baik. Dengan gaya dan cara kerja masing-masing mereka berusaha menjawab kerinduan itu. Perbedaan itu kemudian terus disandingkan dan memunculkan aroma persaingan (baca: rivalitas) yang kuat diantara keduanya demi memberi rakyat pilihan, pasangan Capres-Cawapres mana yang hendak dipilih menjadi pemimpin bangsa.
Itulah hidup, perbedaan acapkali menghadirkan persaingan. Begitu pula dalam kehidupan rumah tangga. Dalam sebuah keluarga, anak yang satu dengan anak yang lain tentu memiliki perbedaan. Hal ini juga dialami oleh keluarga Ishak dan Ribka. Dalam Kejadian 25:19-34 dikisahkan mereka dikaruniai sepasang anak laki-laki kembar, yang seorang bernama Esau dan yang seorang bernama Yakub. Sekalipun kembar, keduanya memiliki perawakan, karakter dan sifat yang berbeda. Perbedaan diantara mereka menentukan sebagian perilaku mereka dalam kehidupan mereka selanjutnya dan hubungan diantara mereka. Esau dikisahkan sebagai seorang yang lebih memikirkan kebutuhan jangka pendek, dalam cerita ini masakan yang merah-merah, dan kurang memperhatikan hak kesulungan sebagai sesuatu yang penting untuk kehidupannya kelak. Sedang Yakub, seorang yang memikirkan jangka panjang, dimana hak kesulungan merupakan suatu yang penting baginya untuk melanjutkan kehidupannya kelak. Kepentingan diri membuat perbedaan-perbedaan yang ada berujung pada persaingan diantara keduanya.
Sangat disayangkan mereka sebagai satu keluarga, sesama anak Ishak dan Ribka tidak mampu memaknai perbedaan diantara mereka dengan lebih positif. Sehingga mereka sulit hidup dalam suasana solidaritas yang saling membangun dan menguatkan satu dengan yang lain. Begitu pula dalam kehidupan bergereja, terkadang perbedaan diantara kita tidak dikelola dalam kesatuan rasa dan kata. Pementingan diri atau badan pelayanan sering menghambat pertumbuhan tubuh Kristus. Dalam kehidupan bermasyarakat, kepentingan diri dapat menghambat pertumbuhan bangsa. Calon pemimpin bangsa dapat larut dalam rivalitas yang saling mematikan. Mengesampingkan solidaritas untuk membangun bangsa menjadi lebih baik. Untuk itu ingatlah senantiasa Kristus, sehingga kita dapat meneladan kehidupan-Nya yang senantiasa mau merangkul perbedaan dalam semangat solidaritas yang menghidupkan bukan rivalitas yang mematikan. – YPP –

Yohanes Putra Pratama

Arsip