GKI Peterongan

Ketaatan Yang Lahir Dari Kasih

Galatia 4:4-7, Lukas 2:22-40

Minggu lalu, kita belajar makna ketaatan dari Maria dalam melaksanakan karya Allah melaluinya. Pada minggu ini juga kembali belajar bagaimana ketaatan kita sebagai pengikut Kristus yang seharusnya lahir dari kasih. Oleh kasih Allah, kita semua diangkat harkat dan martabatnya. Sebagaimana dalam Galatia 4:7 yang mengatakan: ”Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” Dahulu kita hamba dosa, tetapi oleh karena kasihNya, kita dimerdekakan bahkan kita diangkat menjadi anak dan menjadi ahli waris. Maka dari itu, kita semua dengan tak segan-segan menyebut Tuhan dengan panggilan yang lebih akrab dan intim, yaitu “Ya Abba, ya Bapa”, karena kita adalah anakNya (bdk. ay. 6).
Oleh karena kita adalah anakNya, ketaatan yang ditunjukkan bukan lagi karena takut kepada hukuman. Akan tetapi, ketaatan itu muncul dari kesadaran diri karena kasih Allah telah dinyatakan kepada kita semua dengan perantaraaan Yesus Kristus. Dalam bacaan Injil, kita dapat melihat contoh ketaatan sejati dari Simeon dan Hana. Dua lansia ini dengan taat dan setia menantikan sang Mesias dengan hidup benar serta mengisi hidup mereka dengan berdoa dan puasa di bait Allah. Itu pilihan mereka, bukan karena paksaan atau diancam hukuman. Hal itu karena mereka kenal dan tahu benar bahwa Allah itu setia pada janjiNya. Dan ketaatan mereka tidak sia-sia dan mengecewakan, mereka secara pribadi bertemu dengan sang Mesias, Yesus Kristus anak Yusuf dan Maria. Hati mereka bersuka dan penuh syukur karena mereka boleh menyaksikan serta benar-benar merasakan kasih Allah sungguh nyata atas manusia.
Kita semua telah dimerdekakan dari ketakutan dan belenggu hukuman kekal, bahkan diangkat jadi anakNya. Maka, ketaatan sejatilah yang sudah seharusnya ditunjukkan oleh semua anak Allah. Ketaatan yang lahir sebagai sebuah respon akan kasih Allah yang begitu luar biasa kepada kita. Bagaimana dengan kita, ketaatan macam apa yang sudah kita wujudnyatakan? Apa respon terhadap kasih Allah kepada kita?
Yohanes 15:15a Yesus mengatakan, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya”. Sekarang kita adalah anak, bukan hamba. Kita harusnya mengetahui apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Suasana Natal masih kita rasakan, hari jadinya sang Juruselamat Dunia, marilah kita isi dengan berpartisipasi dalam karya kasih Allah dalam dunia untuk mewujudkan perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan. Bukan hanya dengan perayaan tanpa makna, tetapi Allah menginginkan kita untuk mengerjakan kehendakNya dalam kemerdekaan, dalam ketaatan yang sejati, dalam kerelaan, bukan paksaan. Selamat Natal dan menyongsong Tahun Baru dalam kasih Kristus. (DI)

Derma Indra

Arsip